Israel - Palestina Bahas Kemerdekaan
Washington, DC - Setelah terhenti hampir dua tahun, Israel dan Palestina kembali ke meja perundingan. Negosiasi dilakukan secara langsung di Washington. Semalam, pihak-pihak yang terlibat bertemu di Gedung Putih. "Awal yang sempurna," kata tuan rumah, Presiden Amerika Serikat Barack Obama sebelum jamuan makan malam bersama, Kamis (2/3).
Presiden Obama mengungkapkan hal itu selepas mengadakan pembicaraan dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. "Ada indikasi perundingan ini bisa diselesaikan dalam satu tahun," tutur Obama. "Saya katakan pada mereka, kesempatan ini tak mungkin datang lagi dalam waktu dekat."
Sebelumnya Obama juga bertemu dengan dua kekuatan kunci regional, Presiden Mesir Husni Mubarak dan Raja Yordania Abdullah II. "Kerja keras baru saja dimulai. Sukses atau gagal, tak bisa diramalkan," ujar Obama seraya mengatakan bahwa ia tidak berilusi bahwa prasangka selama bertahun-tahun bisa lenyap dalam satu malam.
"Satu hal yang pasti, jika kita tidak berupaya, kita pasti akan gagal," tutur Obama. "Konflik yang sudah berlangsung lama akan terus membesar dan menelan generasi berikutnya. Dan ini tidak bisa kita biarkan!" Obama mewanti-wanti bahwa Amerika Serikat mendukung perundingan itu sekuat tenaga. "Tapi keberhasilan tetap ada di tangan Israel dan Palestina."
Disepakati bahwa hasil yang ingin dicapai dalam perundingan langsung ini adalah dua negara merdeka. Karena itu, kedua belah pihak, mesti memperjelas status Yerusalem. Memperbaiki batas negara Palestina. "Kami ingin Israel menghentikan pembangunan pemukiman di wilayah Palestina, sampai perundingan damai selesai," ujar Presiden Abbas.
Perdana Menteri Netanyahu sendiri tak menyinggung masalah moratorium pembanguna pemukiman yang bakal berakhir 26 September ini. Ia hanya mengatakan bahwa Israel dan Palestina harus belajar untuk hidup berdampingan satu sama lain. "Presiden Abbas," kata Netanyahu, "Anda adalah mitra saya dalam perdamaian."
Di depan kamera, Abbas dan Netanyahu bertukar senyum dan jabat tangan. Sebagaimana diharapkan Gedung Putih, kondisi ini akan menghalau rasa saling curiga dan kesangsian akan prakarsa Obama. Pembicaraan lebih berat di antara kedua negara akan dilanjurkan pada Jumat (3/9) di Departemen Luar Negeri di Washington. Seperti kata Obama ini baru awal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Posting Komentar