Toronto - Seorang mahasiswa tingkat doktoral di York University, Ontario, Kanada, yang menemukan lebah spesies baru ketika tengah menuju laboratoriumnya, telah menyelesaikan studi pemeriksaan 84 spesies lebah keringat di Kanada. Risetnya menunjukkan 19 dari 84 spesies itu, termasuk satu spesies yang ditemukan Jason Gibbs di pusat Kota Toronto, adalah spesies baru karena selama ini belum pernah diidentifikasi atau dideskripsikan.
Studi menyeluruh yang dilakukan Gibbs akan membantu para ilmuwan lain melacak keanekaragaman lebah, memahami biologi penyerbukan dan mempelajari evolusi perilaku sosial pada serangga. Lebah bertanggung jawab atas penyerbukan berbagai jenis bunga liar dan beberapa tanaman pangan. Sekitar satu dari setiap tiga suap makanan yang dimakan manusia, termasuk sejumlah produk daging, bergantung pada jasa penyerbukan lebah.
Lebah keringat adalah pengunjung tetap berbagai jenis tumbuhan, termasuk bunga sayur dan buah-buahan di taman-taman Toronto. Lebah keringat, yang memperoleh namanya dari ketertarikan mereka terhadap keringat, banyak ditemukan di negara itu. Lebah yang panjangnya bisa kurang dari 4 milimeter dan terkadang mempunyai garis-garis metalik itu mencapai sepertiga hingga separuh jumlah lebah yang dikumpulkan dalam survei biodiversitas di Amerika Utara.
Deskripsi 84 spesies lebah keringat metalik (Lasioglossum spp.) di Kanada itu dilaporkan Gibbs dalam jurnal Zootaxa, akhir Agustus lalu.
Meski jumlahnya besar dan manfaat mereka sebagai serangga penyerbuk, lebah keringat termasuk dalam kelompok lebah yang sulit diidentifikasi hingga ke tingkat spesies, karena mereka berkembang begitu cepat ketika pertama kali muncul sekitar 20 juta tahun lampau. Riset Gibbs memperbaiki seluruh perangkat yang tersedia untuk mengidentifikasi lebah-lebah itu.
Identifikasi lebah bukan perkara mudah, mengingat morfologi lebah ini monoton. Mereka adalah mimpi buruk bagi para ahli taksonomi yang harus mengidentifikasinya hingga tingkat spesies, karena karakteristik fisik atau morfologi antarspesies lebah itu hampir sama. "Tak ada yang bisa mengidentifikasi lebah-lebah itu hingga saat ini, meski ada banyak lebah yang kami kumpulkan," kata Gibbs. "Identifikasi spesies ini amat penting, karena jika tidak tahu jenis lebah yang kita miliki, kita tidak akan tahu jenis lebah apa yang kini hilang."
Dalam risetnya, Gibbs meneliti puluhan ribu lebah selama empat tahun. Sampel lebah itu diperoleh dari koleksinya sendiri atau pakar serangga lain, termasuk koleksi sejarah yang disimpan di museum. Untuk mempermudah pengidentifikasian lebah hingga tingkat spesies, dia menyortirnya menggunakan studi morfologi. Hasilnya diuji menggunakan untaian DNA yang dibuat di Canadian Centre for DNA Barcoding di University of Guelph. Institusi itu membuat semacam "barcode" untuk masing-masing spesies berdasarkan susunan DNA. Terakhir, Gibbs memeriksa kembali karakteristik fisik lebah untuk menyusun perbedaan antarlebah dan mengidentifikasinya hingga tingkat spesies.
Satu di antara 19 spesies lebah keringat baru itu adalah lebah yang dikumpulkan Gibbs ketika berangkat dari rumahnya di pusat Kota Toronto ke York University. Ketika tiba di laboratoriumnya dan memeriksa lebah yang ditangkapnya, dia yakin telah menemukan spesies baru, yang ternyata banyak ditemukan di Toronto dan sekitar Kanada bagian timur dan Amerika Serikat.
0 Comments:
Posting Komentar